KEKUATAN VISI DALAM KEPEMIMPINAN
KRISTEN
Oleh Pdt Bambang Nugroho Hadi
Visi adalah kemampuan untuk melihat
pada inti persoalan, pandangan luas, apa yang tampak pada khayal, penglihatan
atau pengamatan.[1]
Visi atau vision berasal dari kata
Latin videre yang berarti
penglihatan,[2] yakni kemampuan melihat apa yang orang pada
umumnya tidak dapat melihat.
Visi bagaikan sasaran tembak yang
akan dibidik. Tanpanya, sebuah organisasi tidak akan bisa memobilisasi segala
aset dan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai sesuatu, karena visi
menentukan arah dan tujuan organisasi. Visi juga merupakan impian yang hendak
dicapai dalam periodesasi tertentu.
Gereja yang berhasil digerakkan oleh
visi. Visi artinya seni atau kemampuan untuk melihat sesuatu yang tak terlihat.[3] Rick Warren mengatakan bahwa visi adalah
kemampuan menilai dengan tepat perubahan-perubahan yang terjadi dewasa ini dan
menarik manfaat dari perubahan-perubahan tersebut. Visi adalah perasaan peka
terhadap setiap kesempatan.[4]
Dengan demikian, visi bukan sekedar gambaran terhadap sesuatu yang akan datang
berdasarkan mimpi saja, tapi berdasarkan situasi dulu dan kini yang digabungkan
dan dinilai dengan tepat sehingga diperoleh gambaran yang jelas terhadap masa
depan yag diharapkan. Tetapi visi tak bisa dicapai sendiri.[5]
Pemimpin memerlukan kerjasama dengan orang lain dalam satu tim kepemimpinan.
Oleh karenanya, pemimpin harus mampu untuk bersikap peka terhadap perubahan
yang terjadi, memobilisasi anggota tim dan pengikut serta menyusun skenario
dengan menarik manfaat dari perubahan itu untuk masa depan yang lebih baik.
Visi adalah masa depan yang
dirancang dan diharapkan. Pemimpin adalah orang yang memiliki gambaran masa
depan seperti apa yang diinginkan dan percaya bahwa ia ada untuk mencapainya.
Visi yang kuat akan membakar semangat pemimpin sehingga ia berani menerjang
segala tantangan dan melupakan ratusan jam kerja yang melelahkan.[6]
Karena Visi, maka Thomas Alva Edison bekerja tanpa kenal kata menyerah untuk
membuat lampu pijar yang bertahan lama. Karena visi maka Lumy SS memimpikan
keluarga-keluarga menampung para gelandangan dan memelihara serta membesarkan
anak-anak mereka dan itu dipraktikkan dalam keluarganya sendiri. Apa yang biasa
kita lihat, dengar dan alami mungkin sesuatu yang tidak terlalu istimewa, namun
orang-orang yang memiliki visi berani membayangkan hadirnya sesuatu yang lebih
baik, lebih bermakna, lebih bermanfaat dan lebih berguna bagi banyak orang.
Semua terjadi karena mereka memiliki impian. Visi itulah yang membuat mereka
memfokuskan impian mereka dan mewujudkannya. Visi membuat mereka terdorong
bekerja keras dan pantang mundur untuk mengejarnya. Mereka membuat dunia
menjadi lebih baik.
Visi bukanlah impian yang tidak
mendasar. Bagi orang Kristen, visi merupakan lompatan iman. Saat ia memiliki
visi, ia percaya bahwa itu akan terjadi. Keyakinannya itu berasal dari
kedekatannya dengan Tuhan. Ia kemudian memainkan peran tertentu agar situasi
yang diimpikan terwujud. Situasi memang berubah dan diwarnai dengan
berbagai ketidakpastian. Tetapi pemimpin hebat dengan visi yang jelas memandang
perubahan-perubahan dan ketidakpastian yang
ada di dunia dengan kacamata harapan,
memberikan inspirasi melalui visi yang jelas, optimisme dan percaya diri untuk
mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Visi berbeda dengan misi. Pertama,
visi adalah gambaran mental. Kedua, visi adalah sesuatu yang akan ada di masa
mendatang. Karena kedua aspek ini, maka visi bersifat umum dan cenderung
abstrak. Misi adalah perwujudan dari visi. Bila visi adalah impian, maka misi
adalah wujud atau bentuk dari impian. Misi merupakan rumusan nyata usaha
seseorang untuk mencapai visi. Robby I Chandra menjelaskan hal ini dengan suatu
contoh. Misalnya impian kita adalah memiliki sebuah pusat pembelajaran yang
ikut membangun bangsa serta meningkatkan kesejahteraan banyak orang. Maka misi
bisa berupa mewujudkan lembaga pelatihan kewiraswastaan. Dapat juga berupa
membentuk akademi yang khusus mendidik orang menjadi manager profesional.[7]
Menurut Robby I. Chandra, ada lima
tipe pemimpin dalam berurusan dengan visi dan misi. Pertama, adalah tipe
pemimpin yang mengetahui bahwa visi dan misi adalah penting. Mereka menyibukkan
diri dengan tugas dan kegiatan rutin. Hidupnya merupakan rangkaian dari satu
akktivitas ke aktivitas lain tanpa didasari arah yang jelas. Mereka hidup dan
bekerja tanpa desain dasar. Bagaikan tukang bangunan yang sibuk mendirikan
rumah tanpa kejelasan gambar rumah yang akan dihasilkan. Mereka bagai komandan
tentara yang berulang kali menerjunkan pasukan ke tempat yang sama tanpa
memperhitungkan akan lebih mudah bila di tempat itu didirikan landasan pesawat. Tipe kedua adalah pemimpin yang tahu
bahwa visi dan misi adalah hal penting untuk menuju sukses, tapi mereka tidak
menyediakan diri dan waktu mereka untuk merumuskan visi dan misi mereka ataupun
visi dan misi organisasi mereka. Segala sesuatu berjalan tanpa arah. Tipe
ketiga adalah orang yang menyadari pentingnya visi dan misi, telah menyusun dan
merumuskannya. Namun metodenya keliru dan pemahamannya terbatas sehingga visi
dan misi itu tidak menghasilkan hal bermanfaat apapun bagi orang banyak. Tipe
keempat, merupakan tipe pemimpin yang menyadari, mengupayakan, serta memiliki
metode yang benar sehingga rumusan visi da misinya baik. Namun mereka tidak
memiiki bekal yang cukup dan cocok untuk mewujudkan visi dan misi mereka.
Sementara tipe terakhir yakni pemimpin dengan tipe kelima adalah pemimpin
yang menyadari pentingnya visi dan misi,
merumuskannya, menggunakan metode yang benar untuk mewujudkannya.[8]
Bagi pemimpin gereja, visi dan misi
yang dimilikinya harus sesuai dengan visi dan misi Allah. Hal ini disebabkan
oleh kepemilikan gereja ada pada Allah. Allah adalah Raja dan Pemilik gereja.
Dengan demikian, visi dan misi yang
diharapkan terjadi harus sesuai dengan visi dan misi yang diemban atau Allah
mandatkan kepadanya. Misi gereja merupakan alasan mengapa organisasi gereja
ada. Merupakan alasan mengapa gereja diutus Allah di dunia kini dan di sini.
Secara prinsip, Gereja ada di dunia untuk mengerjakan missio
Dei. Mengerjakan misi Allah yang dimandatkan kepada gereja, sehingga visi
Allah tercapai dan terwujud.
Misi gereja secara garis besar
adalah diutus ke dalam dunia untuk melaksanakan tiga tugas yang dikenal sebagai
tri tugas gereja yakni bersekutu (koinonia),
bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia). Penjabaran misi gereja pada
umumnya berasal dari tri tugas gereja di atas.
Gereja melaksanakan tugas
bersekutu dengan menyelenggarakan ibadah Minggu, Ibadah pada hari-hari raya
gerejawi[9],
ibadah khusus[10], studi
pemahaman Alkitab, Kebaktian Kebangunan Rohani, Ibadah Anak (Sekolah Minggu),
retret, katekisasi, dsb. Gereja melaksanakan tugas kesaksian dengan
melaksanakan pemberitaan Injil, bersaksi kepada sesama melalui peran hidup,
dialog antar agama[11],
konseling pastoral, penyelenggaraan fasilitas kesehatan (mendirikan rumah
sakit), penyelenggaraan pendidikan (mendirikan sekolah), pemberitaan firman
pada saat ibadah yang dihadiri anggota masyarakat seperti bidstond, ibadah
pemakaman, ibadah penghiburan, dsb.
Gereja melaksanakan tugas
berdiakonia dengan memberikan bantuan bagi orang sakit, tertimpa musibah
bencana alam, pendampingan pastoral, pemberdayaan masyarakat, penyadaran hak,
dsb. Pelayanan diakonia ini dapat digolongkan kepada diakonia karitatif,
reformatif dan transformatif.
[10]
Yang dimaksud ibadah-ibadah khusus antara lain: ibadah pada malam akhir tahun,
tahun baru, peresmian calon jemaat,
peresmian jemaat, pendewasaan jemaat, penerimaan jemaat yang menggabungkan
diri, penahbisan Pendeta, peneguhan Pendeta, Pengutusan Pendeta, emiritasi
Pendeta, ibadah dalam rangka persidangan gerejawi, ibadah oikumene, ibadah
pemberkatan nikah, pemakaman dan ibadah peringatan hari raya nasional.
[11]
Yang dimaksud dialog antar agama adalah dialog antar umat yang berbeda agama
dan dapat diaksanakan dengan dialog kehidupan, dialog pengalaman religius,
dialog aksi dan dialog teologis. Lih. Bambang Nugroho Hadi, Dialog Kristen-Islam Menuju Indonesia Damai (Yogyakarta:
Smart Writing, 2013), 79-82.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar