Apakah
memimpin itu ?
Memimpin adalah …..
·
Memberi
arah
·
Mengelola
·
Mengorganisir
·
Mengambil
keputusan
·
Mendelegasikan
wewenang
·
Membuat
perencanaan untuk masa depan
·
…………………….
·
Dan
sebagainya
Secara singkat, memimpin adalah memberi pengaruh.
Pemimpin
·
Harus
mengetahui dengan jelas apa yang ingin ia capai (visi/vision)
·
Harus
mengetahui dengan tepat apa tugasnya (misi/mission)
·
Harus
mengetahui bagaimana mencapainya (strategi/strategy)
·
Memiliki
keterampilan untuk mengatur pelaksanaannya (manajerial)
SBY
dan Lee Kuan Yew
SBY dinilai oleh banyak pengamat tidak memuaskan
kepemimpinannya. Mengapa? Karena ia gagal memberi arah yang jelas bagi
perjalanan bangsa. Tidak memiliki Visi
yang jelas. Atau punya, tapi gagal menjadikannya “visi bersama” seluruh
anak negeri.
Lee Kuan Yew, meskipun terkesan arogan dan kurang
demokratis, … ia berhasil menata, mengelola dan mengorganisir Singapura karena
berhasil menerjemahkan Visi menjadi program nyata. Hasilnya tak terbantahkan. Singapura sebuah negara yang :
·
Tadinya cenderung mesum, kumuh dan rawan karena dikuasai para gangster
·
Menjadi sebuah negara yang paling aman, paling bersih, paling tertib dan salah
satu negeri paling makmur di dunia.
Siapakah Pemimpin itu ?
Pemimpin adalah
·
Pengendali
…….. kreator
·
Pendorong
…….. motivator
·
Penggerak
………. motor
·
Pembaharu
……. inovator
·
………….
·
Ing
ngarso sung tuladha
·
Ing
madya mangun karso
·
Tut
wuri handayani
Definisi bebas….
·
Pemimpin
adalah pemberi
pengaruh
Pemimpin : antara kontinuitas dan diskontinuitas
Pemimpin yang bijak akan tahu apa yang baik dan harus
ditingkatkan. Stabilitas dan
kontinuitas itu penting. Ia tahu apa yang
salah dan perlu ia koreksi. Ia tahu mana yang menuntut inovasi serta
terobosan-terobosan baru. Diskontinuitas
juga tak kalah penting.
Mirip pengelolaan sebuah keluarga.
Begitu-begitu saja ……. ????
Membosankan ! Perlu ada “variasi-variasi”. Variasi terus …… ???? Mana tahan ?
·
Ada yang kontinu: mengantar anak sekolah, nyuci, makan bersama, doa
bersama, dst
·
Ada yang diskontinu : rekreasi, pergi ke gereja, ngunjungi Saudara,
“mbecek”, …..
Kriteria Seorang Pemimpin (Secara Umum)
·
Ia
harus kapabel ….. Sekaligus fleksibel
·
Ia
harus pemberani …. Sekaligus hati-hati
·
Ia
harus tegas ……………. Sekaligus bijak
·
Berpandangan
jauh ke depan …. Sekaligus berpijak pada kekinian
·
Dan
sekaligus-sekaligus lainnya…..
Pemimpin tergolong mahluk langka. Ia bukan orang
“biasa-biasa saja”, jenis manusia istimewa. Sangat
sedikit orang yang dilahirkan atau “ditakdirkan” menjadi pemimpin.
Jumlahnya dapat dihitung
dengan jari. Namun sebaliknya, hampir semua orang – dilahirkan dan
dipanggil sebagai pelayan,
bukan pemimpin.
Pemimpin
di Mata Yesus
“Barangsiapa ingin menjadi
besar diantaramu, hendaklah ia menjadi pelayanmu !”
(Markus 10:43,44)
(Markus 10:43,44)
Menurut
Tuhan Yesus, seorang
“Pemimpin” yang baik harus mau menjadi “pengikut” yang baik.
Tidak hanya pandai berkoar,
tapi juga mendengar. Seorang pemimpin yang bajik, harus lulus dulu sebagai “hamba” yang baik. Sebab
dengan merendahkan diri itulah, yang bersangkutan berhasil membuktikan
kesungguhan dan ketangguhannya dalam menundukkan diri sendiri. Sangat
mengerikan, seorang pemimpin yang tidak bisa mengekang dirinya, mengendalikan
nafsunya dan mengontrol ambisinya !
Pemimpin
Yang Baik Berasal Dari Anggota
yang Baik
Ia telah membuktikan terlebih dahulu bahwa ia adalah seorang anggota yang baik.
Mengapa ? Karena pemimpin dipilih dari antara anggota- anggota yang terbaik.
(Nasehat Yitro kepada Musa dalam Keluaran 18:21, nasehat Petrus untuk pemilihan
diaken dalam Kis 6:3). Hanya “kopral” yang baik bahkan terbaik yang layak
dipromosikan menjadi “sersan”. Bila jadi kopral aja gak becus, gimana jadi sersan yang baik ?
Pemimpin
Yang Baik
Bertumbuh
Secara Alamiah
Seperti tanaman….. Tidak mungkin mendadak “mak
pethutuk” menjadi pohon yang besar…. Pohon sebesar apapun selalu bermula dari sebuah benih
yang kecil. Lambat laun menjadi besar.
Sayangnya, banyak orang ingin meloncat. Dalam waktu
sesingkat-singkatnya…. Tiba-tiba jadi pemimpin hebat, jadi idola, jadi
konglomerat, dst… dan untuk itu rela memakai cara apapun, menjual apapun,
menghianati siapapun, dan membayar berapapun. Mutunya pasti membuat kecewa.
Kelemahan Kepemimpinan Saat ini
·
Banyak
orang tidak sabar.
·
Terlalu
berorientasi pada hasil dan
bukan prosesnya.
Yesus
Adalah
Pemimpin yang Melalui Proses
Yesus tidak ujug-ujug muncul di Galilea sebagai
seorang Guru agama yang hebat. Melainkan melalui proses yang panjang.
Ia dikandung, dilahirkan,
mengalami masa kanak-kanak, ketika balita ia harus menghadapi ancaman dibunuh
Herodes sehingga diungsikan orang tuaNya ke Mesir. Setelah suasana aman, Yesus
belajar bertukang dan bekerja sebagai tukang kayu di Nazaret. Tidak ada
pencapaian yang spektakuler. Saat muncul di pangung, langkah pertamaNya adalah
berkunjung kepada Yohanes untuk dibaptiskan. Lalu ia pergi ke padang gurun,
berdoa puasa, dan kemudian muncul sebagai Guru. Dalam
kepemimpinan Kristen, memimpin dan melayani adalah dwitunggal
Apakah Melayani itu?
Kami siap melayani anda ….
·
Tertulis
di kantor Polisi
·
Jadi
slogan di kantor Bank
·
Terdengar
di toko dan swalayan
·
Dikatakan oleh pelayan di warung makan
·
Di
bengkel motor dan mobil ….
·
Di
gereja juga familiar……
·
Di
lokalisasi Juga tak mau ketinggalan.
Artinya bisa berbeda.
Memimpin
dan Melayani
Pemimpin sejati harus memiliki mental sebagai
“pelayan”. Motivasinya harus seperti motivasi seorang abdi, seorang hamba. Ia
adalah seorang pemimpin yang menghamba. Seorang hamba yang memimpin.
“Lalu
Yesus menanggalkan jubahNya, mengambil sehelai kain lenan, mengikatkannya pada
pinggangNya, menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan …. mulai membasuh kaki murid-murid-Nya” (Yoh 13:4,5).
Tidak bisa diterima ! Yesus Sang Guru melakukan
pekerjaan hamba ! Tugas seorang budak ! Kemudian Yesus berkata:
“Dan Aku telah memberi
teladan kepadamu” (Yoh 13:13,14).
Dalam paradigma dunia, melayani bukanlah pekerjaan
bergengsi. Melayani butuh kerendahan hati, penyangkalan diri. Berjongkok di bawah orang yang
kita layani, dan membasuh (bukan menjilat!) kakinya.
Dalam paradigma Yesus, ini
tidak merendahkan martabat. Justru disitulah letak kehormatan karena telah
mampu mengalahkan dirinya sendiri. Hanya orang hebat yang bisa mengalahkan
dirinya sendiri.
Filipi
2:3,4
“Hendaklah kamu tidak mencari kepentingan sendiri atau
pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati seorang menganggap
yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri ; dan janganlah tiap-tiap orang
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain
juga.”
Seorang pemimpin haruslah melayani.
Tapi memimpin juga.
Niat baik, motivasi baik,
berbuat baik tidak cukup. (Gambaran yang menjelaskan ini adalah Cerita tentang Kura-kura, Kera dan Ikan.) Banyak Pemimpin yang benar-benar punya niat baik,
bekerja keras untuk mewujudkan niat baiknya. Tapi ia hanya berbuat banyak “untuk” ….. Bukannya “bersama”……. Maka ia bukanlah pelayan
yang baik. Karena ia bukan pelayan yang baik, maka ia bukan juga pemimpin yang
baik.
Kaum muda bertanya: apakah memang
aku tak masuk nominasi menjadi pemimpin?
Sisi Lain dari Berita Alkitab :
Alkitab menjelaskan bahwa manusia, yakni setiap orang tidak hanya ditakdirkan sebagai “pelayan”
atau
pengikut saja tapi juga
“pemimpin”.
Saya, anda, dia, mereka, semua….. Adalah Pemimpin.
Setelah Allah menciptakan
segala sesuatunya, Allah bersabda : “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan
atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
(Kejadian 1:26). Kesegambaran manusia dengan Allah, nampak melalui
kepemimpinannya.
Setiap Orang Ditakdirkan Menjadi Pemimpin
Sejak awal penciptaan, manusia “ditakdirkan” sebagai
“pemimpin”. Semua yang menyandang sebutan manusia.
Apakah saya adalah pemimpin
? Ya ! Minimal, saya ditentukan dan dipanggil Tuhan untuk menjadi Pemimpin !
Kepemimpinan manusia adalah 3 at. Menurut Eka Darmaputera, kepemimpinan menurut Kejadian 1:26 merupakan hakikat, mandat dan berkat Allah kepada setiap manusia.[3]
Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada hakikat manusia. Karena itu, hakikat
kemanusiaan seseorang tercermin melalui kepemimpinannya. Kepemimpinan yang
brengsek mencerminkan kualitas kemanusiaannya yang brengsek pula.
Kepemimpinan adalah mandat. Artinya,
kepemimpinan adalah penugasan dari Allah, sehingga harus dilaksanakan sesuai
dengan kehendakNya. Sadrimo titah. Tapi bukan “sekedar giliran jaga”.
Kepemimpinan adalah berkat. Menjadi pemimpin
adalah karunia Allah yang unik, luhur dan mulia. Hanya dimiliki manusia. Mahluk
lain tidak.
Setiap
manusia mendapat “3 at”
Apakah si-jahat Adolf Hitler adalah seorang pemimpin ?
Jawabannya adalah YA. Apakah si-baik Ibu Teresa adalah seorang Pemimpin ?
Jawabannya Ya juga. Apakah Soekarno, Bill Clinton, Pdt Trijoko,
dr. Paran, Jokowi, Pdt Christya, Pdt Riyadi Basuki adalah seorang Pemimpin ? Ya…. Ya…. Ya….
Demikian pula mas Jono, mas
Janto, mbak
Mega, mas
Suko, BNH, mas Hamonangan, mas Samuel, pak Yunius Irwanto, mbak Derika, mas
Roni, mas Bayu dan mas
Kadis juga seorang pemimpin.
Setiap manusia mendapat “3 at” .
Mungkin anda ragu.
Saya juga tadinya ragu.
Setiap orang punya “3 at” :
hakikat, mandat, berkat oleh Allah untuk berkuasa atas …. (Kej 1:26). Tiap orang
diangkat menjadi pemimpin.
Saya, panjenengan, dia, beliau, mereka,… semua adalah
pemimpin. Sama-sama pemimpin. Apakah semua orang dengan
demikian, sama saja ? Jawabannya tidak.
Sama-sama
Pemimpin tidak
berarti “sama saja”. Yang
membedakan seorang pemimpin dengan pemimpin lain adalah kualitas kepemimpinannya.
Bagaimana ia memanfaatkan
wewenang kepemimpinan yang ada padanya ….. Untuk membangun…. ? Atau menyamun… ?
Dengan kata lain, apakah
status sebagai pemimpin itu digunakan untuk memimpin ATAU tidak.
Kualitas
Kepemimpinan dan Motivasi
Kulitas kepemimpinan ditentukan oleh MOTIVASI. Hanya motivasi yang baik,
yang bisa melahirkan pemimpin yang baik.
Cuma benih yang baik yang
bisa menghasilkan tanaman yang baik.
Tatkala seseorang masih menjadi “pemimpin papan
bawah”, ….. Godaannya tidak terlalu besar. Persoalan Motivasi belum jadi
masalah. Godaan belum terlalu besar. Berbeda dengan tataran yang lebih
tinggi…… semakin tinggi …..
Pemimpin
dan Kesuksesan
Setiap orang ingin sukses …… Tetapi sering kali,
bahkan hampir selalu…. “skandal” adalah sisi lain dari “sukses”. Begitu sukses
direngkuh, maka muncullah “skandal”…. Cuma soal waktu saja.
Sukses bukanlah “titik aman”
melainkan “titik kritis”.
“Sukses” itu seperti “predator” – pemangsa lahap yang
tak segan memakan anak-anaknya sendiri. Bahkan pemimpin teladan seperti Daud
dan Salomo pun tidak kebal. Tersandung oleh kesuksesan mereka. Abraham,
Ishak, Simson ? Juga mana tahan……
Meraih sukses dengan cara yang bersih
tidak sesulit mempertahankan
agar kepemimpinan yang sukses itu tetap
bersih. Pemimpin yang mengawali kepemimpinannya sebagai tokoh
teladan, mengakhirinya sebagai tiran. Soekarno, Soeharto, Mao Ze Dong.
Menjaga motivasi begitu pentingnya karena kepemimpinan
itu pada hakikatnya “selalu menggoda”
dan “selalu digoda”.
Ketika menghadapi godaan
itulah…. Motivasi mengalami ujian yang sebenarnya.
Lebih parah lagi, pemimpin yang memulai
kepemimpinannya dengan motivasi yang sudah salah !
Misalnya : orang yang ingin
jadi PNS karena ingin “kerja sedikit” tapi “sabetannya banyak”. Orang ingin jadi anggota dewan karena yakin
tak sampai setahun modal pasti kembali. Atau…. Pengusaha yang beralih profesi
menjadi pendeta, karena menurutnya “bisnis injil” adalah satu-satunya bisnis
yang tak mengenal “resesi” resiko kecil, untung besar. Audubillah munzalikkkkkk
!!!!
Konsekuensi kepemimpinan yang sukses adalah godaan.
Hal ini diperingatkan berulang-ulang dalam Alkitab. Maksudnya agar setiap kita
secara teratur melakukan intropeksi diri dan tak lengah mewaspadainya.
Nabi Yehezkiel mengingatkan : kepemimpinan yang sukses
tidak dengan sendirinya menjamin kepemimpinannya “baik”. Ada gembala yang baik,
ada gembala yang jahat. Ini soal
motivasi. Maka, hati-hatilah memilih pemimpin anda !
Gembala
yang baik dan yang jahat
Gembala atau “pemimpin” yang jahat menurut ukuran
Alkitab adalah para gembala yang “menggembalakan dirinya sendiri”. Pemimpin
yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
Terhadap “domba-domba”, pemimpin jenis ini : “ …. Menikmati susunya, dari bulunya kamu membuat
pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu
gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang
luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan
kamu injak-injak mereka
dengan kekerasan dan kekejaman…” (Yeh 34:3,4).
Garis pemisah antara pemimpin yang baik dengan
pemimpin yang jahat sebenarnya sangat jelas. Yaitu kepentingan siapa yang
mereka utamakan. Sangat mudah, menurut Yehezkiel.
Tapi menurut Yesus Kristus, membedakan yang asli
dengan yang palsu bukanlah perkara yang sederhana. Mereka bisa menyamar. “serigala yang menyamar seperti domba”. (Mrk
13:22,23.). “dari buahnya kamu akan mengenal mereka !” (Matius 7:16). Tidak
semua yang berkilau itu emas. Ukurannya adalah buah yang dihasilkan.
Pemimpin Kristen Yang Ideal
Pemimpin Kristen yang ideal adalah
pemimpin yang menerapkan kepemimpinan yang melayani. Model kepemimpinan ini
memiliki sembilan ciri khas.
Sembilan ciri khas kepemimpinan yang melayani ini secara konsisten dijalani dan
dihidupi oleh Yesus sepanjang pelayanan-Nya kepada dan bersama para murid-Nya. [4]
Pemimpin
Kristen Yang Ideal
1. Melayani
dengan Visi yang Berasal Dari Tuhan
2. Melayani
dengan Pengurapan Roh Kudus
3. Melayani
dengan Kerendahan Hati dan Kepercayaan Diri
4. Melayani
dengan Karakter Kuat
5. Melayani
dengan Menjaga Kehidupan Doa
6. Melayani
dengan Belas Kasihan
7. Melayani
dengan Kerelaan Berkorban
8. Melayani
dengan Memberdayakan, Mengkader dan Membangun Tim Kepemimpinan
9. Melayani
dengan Keberanian Menempuh Risiko
Anda
semua adalah pemimpin. Aku, kamu, dia, mereka adalah pemimpin. Kita
menerima “3 at” : hakikat, mandat,
berkat. Miliki dan
jagalah agar motivasi tetap benar.
Buktikan bisa dipercaya manakala
menjadi pengikut, jadilah pengikut yang baik. Nikmatilah proses dan jangan cuma
berfokus pada hasil. Pemimpin yang baik lahir dari proses menjadi. “setialah
dalam perkara kecil dan Tuhan akan mempercayakan perkara-perkara besar.”
Saat menjadi pemimpin dalam
komunitas maupun organisasi, ingatlah bahwa kesuksesan merupakan titik kritis.
Jauhilah skandal. Tidak semua
yang berkilau itu emas. Ukurannya adalah buah yang dihasilkan.
Mari menjadi pemimpin yang melayani!
Pelayan yang memimpin !
Metro, 27 Nopember 2014
Salam kasih,
BNH
[1]
Disampaikan dalam Konsultasi Pemuda GKSBS 2014. Dilaksanakan di Wisma Sinode
GKSBS Metro, 27-29 Nopember 2014.
[2]
Pendeta GKSBS dengan basis pelayanan di GKSBS Mawar Saron, Seputih Raman. Hobbynya
mendaki gunung dan traveling. Pernah menjadi Sekretaris MPK GKSBS Klasis
Seputih Raman selama 2 periode sidang, Ketua MPK GKSBS Klasis Seputih Raman dan
anggota MPS GKSBS selama 1 periode. Saat ini di Sinode GKSBS dipercaya menjadi
Ketua Departemen Peningkatan Kapasitas Sinode GKSBS. Ia menulis buku berjudul
“DIALOG KRISTEN-ISLAM MENUJU INDONESIA DAMAI-Perspektif Kristen”. Bukunya yang
kedua berjudul “MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN MELAYANI, Menjadikan Prinsip-prinsip
Pelayanan Yesus Kristus Sebagai Dasar Kepemimpinan Kristen Yang Efektif”. Ia
juga menjadi salah satu penulis Modul Diakonia Transformatif yang dipergunakan
33 Sinode anggota PGI dalam memberdayakan para Diaken. Selain menjadi Pendeta dan penulis, Ia juga
melayani sebagai PUKET III dan dosen di STT Syalom Lampung, kontributor SAH dan
materi-materi terbitan Sinode GKSBS, anggota Pembina YPK Lampung dan
fasilitator pembinaan-pembinaan di lingkungan GKSBS. Beberapa kali diundang
menjadi Pengkotbah KKR ala GKSBS. Pdt Bambang NH menikah dan dikaruniai 2 orang
anak. Ia sangat menikmati hidup dan profesinya sebagai pendeta di pedesaan.
[3]
Eka Darmaputera, Kepemimpinan dalam
Perspektif Alkitab (Yogyakarta: Kairos Books, 2005), 22-25.
[4]
Penulis memaparkan ciri khas kepemimpinan melayani dalam bukunya berjudul
“MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN MELAYANI, Menjadikan Prinsip-prinsip Pelayanan Yesus
Kristus Sebagai Dasar Kepemimpinan Kristen Yang Efektif”, Yogyakarta: Penerbit
Writing Revolution, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar