11 Model
Kepemimpinan
1. Model Kepemimpinan
Kontingensi (Fiedler)
Model
kontingensi diciptakan oleh E. Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa pemimpin
akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan
yang berbeda dalam menghadapi situasi yang berbeda. Tidak ada pemimpin yang
berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.
Terdapat
3 ( tiga ) sifat situasi yang berpengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan,
yaitu:
a. Hubungan antara
pemimpin dan anggota merupakan variabel yang sangat kritis dalam menentukan
situasi yang menguntungkan.
b. Derajat susunan
tugas, merupakan masukan kedua yang sangat penting untuk situasi yang
menguntungkan.
c. Kedudukan kekuasaan
pemimpin yang diperoleh melaui wewenang formal, adalah dimensi sangat kritis
yang ketiga dari situasi.
2. Model 3 Dimensi
Kepemimpinan (Reddin)
Model
3 Dimensi Kepemimpinan atau yang juga dikenal dengan sebutan 3-D model karena
menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yaitu:
a. Kelompok gaya dasar,
terdiri dari gaya pemisah, pengabdi, penghubung, dan terpadu.
b. Kelompok gaya
efektif, terdiri dari gaya birokrat, otokrat bijak, pengembang, dan eksekutif.
c. Kelompok gaya tak
efektif, terdiri dari gaya pelari, otokrat, penganjur, dan kompromis.
3. Model Kontinum
Kepemimpinan (Tannenbaum dan Schmidt)
Model
ini berpendapat bahwa ada tiga faktor
yang harus dipertimbangkan oleh pemimpin dalam memilh gaya kepemimpinan yang
akan dilakukan. Ketiga faktor tersebut, yaitu:
a. Kekuatan pimpinan,
misalnya latar belakang pendidikan, pengetahuan, latar belakang kehidupan
pribadi, pengalaman, kecerdasan, dsb.
b. Kekuatan bawahan, hal
ini menyebabkan pimpinan memilih gaya demokratis apabila bawahan sangat
membutuhkan ketidaktergantungan dan kebebasan bertindak, ingin memiliki tanggung
jawab dalam pembuatan keputusan.
c. Kekuatan situasi, hal
ini mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan seperti suasana organisasi,
tekanan waktu, kelompok kerja khusus, dan faktor lingkungan lainnya.
4. Model Kontinum
Kepemimpinan Berdasarkan Banyaknya Peran Serta Bawahan dalam Pembuatan
Keputusan (Vroom-Yetton)
Dalam
model ini terdapat dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi
pemimpin untuk mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan
dalam pembuatan keputusan, antara lain :
a. Tingkat efektivitas
teknis diantara para bawahan
b. Tingkat motivasi
serta dukungan para bawahan
5. Model Kontingensi
Lima Faktor (Farris)
Dalam
model ini, pengaruh terhadap perilaku pemimpin dapat datang dari pemimpin itu
sendiri atau dari bawahan dan dapat disalurkan secara berbeda antara kedua
pihak tersebut. Ketepatan jenis perilaku pemimpin tergantung pada 5 faktor,
yaitu:
a. Wewenang pengawasan
terhadap masalah yang ada
b. Wewenang anggota
kelompok terhadap masalah
c. Pentingnya penerimaan
dari pemberian keputusan terhadap pimpinan
d. Pentingnya penerimaan
keputusan terhadap anggota kelompok
e. Tekanan waktu
6. Model Kepemimpinan
Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin Zander)
Menurut
model ini, terdapat dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu :
a. Pencapaian beberapa
sasaran kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin yang mengutamakan
tugas.
b. Pemeliharaan dan
penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin yang
mengutamakan hubungan antar orang.
7. Model Kepemimpinan
“path-goal” (Evans dan House)
Pendekatan
model kepemimpinan “path-goal” berdasarkan
pada model pengharapan yang menyatakan bahwa motivasi individu berdasarkan pada
pengharapannya atas imbalan yang menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada
pemimpin sebagai sumber imbalan dan mencoba memprediksi bagaimana perbedaan
tipe imbalan dan perbedaan gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi,
dan kepuasan bawahan.
8. Model Kepemimpinan
“Vertical Dyad Linkage” (Graen)
Model
kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” ini disebut juga dengan model “Vertical
Dyadic Theory” oleh Martin J.
Gannon. Model kepemimpinan jenis ini menitikberatkan pada “dyad” yaitu hubungan
antara pemimpin dengan tiap bawahannya secara bebas. Pendekatan ini berusaha
memanfaatkan kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada tiap bawahan. Tiap
pemimpin harus memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada bawahannya.
9. Model Kepemimpinan
Sistem (Bass)
Model
Kepemimpinan Sistem terdiri dari:
1.
Input
a. Organisasi yang
meliputi batasan, kehangatan, kejelasan, entrope, dan lingkungan luar.
b. Kelompok kerja yang
meliputi pertentangan didalam, saling tergantung, dan tanggung jawab pada kelompok.
c. Tugas yang meliputi
umpan balik, rutin, memilih kesempatan, kerumitan, ciri-ciri manajerial.
d. Kepribadian bawahan
yang meliputi kerjasama, kekuasaan, otoriter, dan memusatkan perhatian dan
pikiran pada diri sendiri.
2.
Hubungan
a. Pembagian kekuasaan
antara pimpinan dan bawahan
b. Penyebaran informasi
antara atasan dan bawahan
c. Struktur ketat dan
struktur longgar
d. Tujuan jangka pendek
dan jangka panjang
3.
Perilaku Pemimpin
a. Direktif, pemimpin memberitahukan
kepada bawahannya apa yang mereka inginkan.
b. Manipulatif, pemimpin
berbaik hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan kesempatan,
keyakinan, harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan kembali
tugas-tugas untuk menyeimbangkan beban kerja.
c. Konsultatif, pemimpin
terus terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan bawahan, mencoba ide
mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.
d. Partisipatif,
pemimpin membuat keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan saran
kelompok ke dalam operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan
bersahabat.
e. Delegatif, pemimpin
menunjukkan kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan kepada bawahan untuk
mengikuti arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat keputusan sendiri.
4.
Output
a. Prestasi
b. Kepuasan yang
meliputi pekerjaan dan pengawas
10. Model Kepemimpinan
Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Dalam
model ini, berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk
mempengaruhi seseorang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan
berdasarkan atas hubungan antara perilaku tugas, perilaku hubungan, serta
tingkat kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional berdasarkan saling
pengaruh antara:
1). sejumlah petunjuk dan
pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan
2). sejumlah pendukungan
emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan
3). tingkat kematangan
yang ditunjukan oleh bawahan dalam melaksanakan tugas khusus,
fungsi, atau sasaran.
11. Model
Kepemimpinan Melayani (Yesus Kristus)
Model Kepemimpinan
melayani ini mencakup 9 prinsip pelayanan Yesus Kristus semasa hidupnya. Kepemimpinan
secara umum dengan kepemimpinan Yesus Kristus memang berbeda. Kepemimpinan
Yesus disebut dengan kepemimpinan yang melayani. Ada sembilan ciri khas kepemimpinan
yang melayani yang Yesus Kristus peragakan dalam kepemimpinan-Nya. Yesus
Kristus melayani dengan visi yang berasal dari Allah, melayani dengan
pengurapan dari Roh Kudus, melayani dengan kerendahan hati dan kepercayaan
diri, melayani dengan integritas dan karakter kuat, melayani dengan menjaga
kehidupan dalam doa, melayani dengan belas kasihan, melayani dengan kerelaan
berkorban, melayani dengan memberdayakan, mengkader dan membangun tim
kepemimpinan, dan melayani dengan keberanian menempuh risiko. Sembilan ciri
khas kepemimpinan yang melayani ini secara konsisten dijalani dan dihidupi oleh
Yesus sepanjang pelayanan-Nya kepada dan bersama para murid-Nya. Kepemimpinan
yang melayani menjadi ciri khas kepemimpinan Yesus Kristus.
Kepemimpinan gereja bersumber
dari Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Pemilik dan Raja Gereja. Dengan
demikian, model kepemimpinan melayani menjadi model kepemimpinan pemimpin
gereja untuk mewujudkan tri tugas gereja yakni bersekutu, bersaksi dan melayani
di dalam dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar